Bab 1 - Teori Digital
Tidak ada metode khusus untuk mempelajari New Media. Seperti Daud Bell katakan dalam bab berikut, kompleksitas teoritis yang melambangkan New Media menunjukkan keterbukaan New Media untuk dapat di-'cut dan paste'. Jika  kita menghargai pendekatan-pendekatan teoretis baru ke New Media,  sangat penting bahwa pertama kali kita harus menguraikan cara media diperlakukan (cenderung dianalisis dan dijelaskan secara historis). Dalam rangka untuk memperjelas perdebatan historis, nantinya akan dibahas hubungan antara postmodernisme (modernisasi akhir), strukturalisme dan New Media.
Modernisasi dan ‘Media Kuno’
Dimulai  sekitar akhir abad ke 19, modernisasi adalah istilah umum yang dipakai  masyarakat dalam menanggapi perubahan pada revolusi industri.  Modernisasi mengubah revolusi keagamaan pada dunia pra-industri. Dengan  kemajuan ilmiah, banyak aspek modernisasi cenderung memiliki keyakinan  untuk mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Tidak  semua modernisasi dianggap positif, ada juga beberapa kalangan yang  menganggap bahwa modernisasi adalah sesuatu yang buruk. Banyak sekali  contoh-contoh penghinaan modernisasi untuk media. Suatu kelompok yang  paling dikenal intelektual dalam mengambil sikap ideologis adalah  Sekolah Frankfurt. Sekolah ini memiliki filosofi Fordist, yang memiliki  makna bahwa setiap acara TV, film, novel, majalah, dan lainya adalah  identik dengan budaya industri.
Terlepas  dari hal positif dan negatif dari suatu dampak modernisasi media, kita  dapat mempelajari sesuatu konteks terpenting dalam modernisasi. Secara  teoritis, modernisasi memberi cara berwawasan untuk memahami media dan  tentu saja dampak dari ideology pasti dipengaruhi teori-teori kritis.
Postmodernism and New Media
Jika  modernisasi dihubungkan dengan fase awal dari revolusi industri,  postmodernism (postmodernisasi) sering dihubungkan dengan banyak  perubahan yang menggantikan revolusi industri. Budaya konsumen  mendominasi lingkup budaya sekitar. Di dunia 'postmodern' ini tidak ada lagi titik acuan dari teknologi dan rasa teknologi itu sendiri makin lama semakin menghilang.
Kesimpulan
Teori  dari New Media masih belum begitu dikembangkan dan pastinya harus lebih  dikembangkan lagi. Tetapi, meskipun hanya diketahui konsep-konsepnya  saja, new media sudah dianalisa secara mendalam melalui teori dan  metodologi.
Studi Kasus: Estetika Digital
Dalam  bahasa Yunani estetika berarti sesuatu yang mengandung nilai-nilai  sensorik emosional. Awalnya istilah ini berkaitan dengan alam, namun  sepertinya kurang sesuai jika harus diubungkan dengan alam. Sekali lagi  di sini sedang dibahas mengenai teknologi atau digital, bukan alam. Bisa  diambil kesimpulan bahwa estetika digital berarti bahwa sesuatu yang  mengarah pada emsional berdigital.
Menentukan Lanscape Digital
Hal  pertama yang jadi pertanyaan adalah apakah landscape digital itu?  Lanscape Digital kurang lebih menggambarkan seperti apa media digital  itu, rasanya, atau bahkan suaranya. Singkat kata, digital media identik  dengan on atau off. Digital yang bisa diaktifkan dan dononaktifkan  seperti mesin, atau listrik, kabel-kabel, dan yang terpenting adalah  internet. Media digital membutuhkan alat fisik untuk bekerja. Digital estetika yang muncul  harus melibatkan kedua teknologi sebagai bio-komputasi. Pada akhirnya, tidak ada tunggal atau sederhana estetika digital, tetapi ada atau bisa menjadi etika digital.
Karateristik Digital
Dari sudut pandang yang jauh lebih terbatas dari estetika komputer seperti yang dialami oleh pengguna akhir perangkat lunak, Lev Manovich (2002) mengidentifikasi lima karakteristik:
1 numerik representasi;
2 modularitas (prinsip perakitan unit yang lebih besar dari yang lebih kecil);
3 otomatisasi;
4 variabilitas;
5 transcoding (hubungan antara komputasi dan budaya sehari-hari).
0 komentar:
Posting Komentar