Sabtu, 22 Januari 2011

Digital Culture - Teori Digital

Bab 1 - Teori Digital

Tidak ada metode khusus untuk mempelajari New Media. Seperti Daud Bell katakan dalam bab berikut, kompleksitas teoritis yang melambangkan New Media menunjukkan keterbukaan New Media untuk dapat di-'cut dan paste'. Jika kita menghargai pendekatan-pendekatan teoretis baru ke New Media, sangat penting bahwa pertama kali kita harus menguraikan cara media diperlakukan (cenderung dianalisis dan dijelaskan secara historis). Dalam rangka untuk memperjelas perdebatan historis, nantinya akan dibahas hubungan antara postmodernisme (modernisasi akhir), strukturalisme dan New Media.

Modernisasi dan ‘Media Kuno’
Dimulai sekitar akhir abad ke 19, modernisasi adalah istilah umum yang dipakai masyarakat dalam menanggapi perubahan pada revolusi industri. Modernisasi mengubah revolusi keagamaan pada dunia pra-industri. Dengan kemajuan ilmiah, banyak aspek modernisasi cenderung memiliki keyakinan untuk mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Tidak semua modernisasi dianggap positif, ada juga beberapa kalangan yang menganggap bahwa modernisasi adalah sesuatu yang buruk. Banyak sekali contoh-contoh penghinaan modernisasi untuk media. Suatu kelompok yang paling dikenal intelektual dalam mengambil sikap ideologis adalah Sekolah Frankfurt. Sekolah ini memiliki filosofi Fordist, yang memiliki makna bahwa setiap acara TV, film, novel, majalah, dan lainya adalah identik dengan budaya industri.
Terlepas dari hal positif dan negatif dari suatu dampak modernisasi media, kita dapat mempelajari sesuatu konteks terpenting dalam modernisasi. Secara teoritis, modernisasi memberi cara berwawasan untuk memahami media dan tentu saja dampak dari ideology pasti dipengaruhi teori-teori kritis.

Postmodernism and New Media
Jika modernisasi dihubungkan dengan fase awal dari revolusi industri, postmodernism (postmodernisasi) sering dihubungkan dengan banyak perubahan yang menggantikan revolusi industri. Budaya konsumen mendominasi lingkup budaya sekitar. Di dunia 'postmodern' ini tidak ada lagi titik acuan dari teknologi dan rasa teknologi itu sendiri makin lama semakin menghilang.
Kesimpulan
Teori dari New Media masih belum begitu dikembangkan dan pastinya harus lebih dikembangkan lagi. Tetapi, meskipun hanya diketahui konsep-konsepnya saja, new media sudah dianalisa secara mendalam melalui teori dan metodologi.

Studi Kasus: Estetika Digital
Dalam bahasa Yunani estetika berarti sesuatu yang mengandung nilai-nilai sensorik emosional. Awalnya istilah ini berkaitan dengan alam, namun sepertinya kurang sesuai jika harus diubungkan dengan alam. Sekali lagi di sini sedang dibahas mengenai teknologi atau digital, bukan alam. Bisa diambil kesimpulan bahwa estetika digital berarti bahwa sesuatu yang mengarah pada emsional berdigital.

Menentukan Lanscape Digital
Hal pertama yang jadi pertanyaan adalah apakah landscape digital itu? Lanscape Digital kurang lebih menggambarkan seperti apa media digital itu, rasanya, atau bahkan suaranya. Singkat kata, digital media identik dengan on atau off. Digital yang bisa diaktifkan dan dononaktifkan seperti mesin, atau listrik, kabel-kabel, dan yang terpenting adalah internet. Media digital membutuhkan alat fisik untuk bekerja. Digital estetika yang muncul  harus melibatkan kedua teknologi sebagai bio-komputasi. Pada akhirnya, tidak ada tunggal atau sederhana estetika digital, tetapi ada atau bisa menjadi etika digital. Listen


Karateristik Digital
Dari sudut pandang yang jauh lebih terbatas dari estetika komputer seperti yang dialami oleh pengguna akhir perangkat lunak, Lev Manovich (2002) mengidentifikasi lima karakteristik:
1 numerik representasi;
2 modularitas (prinsip perakitan unit yang lebih besar dari yang lebih kecil);
3 otomatisasi;
4 variabilitas;
5 transcoding (hubungan antara komputasi dan budaya sehari-hari).

0 komentar:

Posting Komentar